Sunday, June 30, 2013

"Kesakralan" Nomor Jersey Dalam Sepakbola


Ada beberapa macam hal yang menjadi bagian dari masa lalu yang ternyata tak dapat dilupakan begitu saja meski sang waktu terus bergerak tak kenal lelah.

Masa lalu atau sejarah seringkali menjalankan perannya dalam berbagai cara dan bentuk yang tidak masuk akal. Rentetan catatan sejarah dan romantisme masa lalu dapat begitu mempengaruhi setiap tindakan seseorang di masa kini.

Sepakbola, tak ubahnya sejumlah hal dalam kehidupan fana, diliputi oleh berbagai macam sejarah yang tak terkalahkan oleh perjalanan jaman yang seringkali menjadi landasan untuk memahami seluk beluk olahraga nomor satu di dunia ini --dengan atau tanpa kesadaran. Selalu ada yang istimewa saat kita tersesat dalam romantisme labirin sejarah.

Saya adalah salah satu pemuda yang dibesarkan dalam lingkup sepakbola bernuansa Italia, dan waktu pertama kali mengenal hingar bingar Serie A Italia, saya tidak terlalu memperhatikan makna di balik nomor punggung pada sebuah jersey yang dikenakan oleh para pemain di atas lapangan hijau. Saya hanya menganggap nomor-nomor tersebut sebagai penanda pemain dalam suatu klub atau tim sepakbola, tak ubahnya nomor urut absen dalam kelas saya sewaktu sekolah dulu.

Namun tahun demi tahun yang berlalu mengajarkan saya suatu hal tentang kesakralan nomor punggung yang tertera dalam jersey sepakbola. Tentang bagaimana nomor punggung jersey menjadi alat justifikasi seberapa hebat skill pemain yang mengenakannya di atas lapangan. Sebuah makna historis melekat di dalamnya.

Numerologi? Bukan!

Ada beberapa nomor punggung yang dianggap sebagai angka keramat dalam sepakbola, dan hal ini murni karena sejarah yang ada di baliknya. Sejarah yang dituliskan oleh sang pengguna jersey, sejarah yang menjadikan sepakbola sebagai identitasnya, sebuah kenangan yang akan membangkitkan memori siapa saja tentang romantisme masa lalu sang empunya jersey di atas lapangan hijau.

Contohnya adalah nomor punggung 9 yang menjadi identitas sebagai 'goal scoring jersey' dikarenakan jersey ini umumnya dikenakan oleh pemain-pemain haus gol. Sebut saja Sir Bobby Carlton atau Gary Lineker atau Alan Shearer dalam sepakbola Inggris. Di luar Inggris masih ada Filippo Inzaghi [Italia], Gabriel Batistuta [Argentina], Marco van Basten [Belanda], atau Ronaldo de Lima [Brasil].

Angka 7 juga menjadi angka yang mempunyai arti tak main-main dalam jersey sepakbola. Sejumlah jersey bernomor punggung 7 selalu identik dengan winger-winger top yang mampu menaklukkan dunia melalui gocekan-gocekan mautnya, sebut saja Garrincha [Brasil], Luis Figo [Portugal], atau Pierre Littbarski [Jerman] di jaman dulu. Jersey ini juga terkadang dikenakan oleh striker yang melegenda berkat gol-golnya seperti Andriy Shevchenko [Ukraina], Claudio Caniggia [Argentina], David Villa [Spanyol/Barcelona], atau Matthew Le Tissier [Inggris].

Jika masih ingin bukti kesakralan jersey no.7 dalam sepakbola, sebaiknya kalian menanyakannya pada Manchester United. Klub yang bermarkas di Old Trafford ini selalu menyerahkan jersey ini pada pemain-pemain hebat yang dianggap sebagai ikon klub seperti Bryan Robson, David Beckham, Eric Cantona, George Best, atau Cristiano Ronaldo --kecuali Antonio Valencia yang entah karena faktor apa mendapatkan kehormatan mengenakan jersey no.7 dalam skuad United saat ini.

Nomor 10 dan maestro sepakbola

Di antara beberapa nomor punggung yang dianggap sakral, nomor 10 adalah nomor yang paling banyak mengandung makna historis. Sebagian besar pemain yang mengenakan jersey ini sering diyakini sebagai pemain sepakbola hebat yang ditakuti sekaligus disegani oleh lawan, entah mulai kapan 'mitos' ini mulai tertanam di benak para pecinta sepakbola. Pemain bernomor punggung 10 sering dianggap sebagai roh permainan sebuah tim. Pemain tersebut adalah seorang jenius yang menjadi ritme permainan dan mampu merubah hasil akhir sebuah pertandingan.

Lihat saja Brasil di periode '60 dan '70-an. Pele --terlepas dari segala ketidakberesannya hari ini-- adalah pemilik jersey no. 10 timnas Brasil kala itu yang mampu mencetak 70 gol dan mempersembahkan tiga trofi Piala Dunia. Selepas Pele, tercatat pesepakbola-pesepakbola papan atas Brasil turut melestarikan kesakralan jersey no.10 ini seperti Zico, Rivaldo, Ronaldinho, Kaka, dan sekarang 'si bocah ajaib' Neymar. Selain kemampuan skill di atas rata-rata, setiap pesepakbola yang mengenakan jersey ini seperti mendapatkan tanggung jawab yang lebih dari hanya sekedar memenangkan sebuah pertandingan karena ada nilai-nilai historis yang harus terus dihidupkan.

Ranah sepakbola Italia juga tak jauh beda. Pada era '60-an muncul dua ikon pemilik jersey no.10 dari kota Milan yakni Gianni Rivera [AC Milan] dan Sandro Mazzola [Inter Milan]. Kedua pemain ini menuliskan catatan sejarah tersendiri bagi sepakbola Italia tentang persaingan rival klub sekota yang berkembang menjadi perebutan tempat di timnas Italia saat itu. Pelatih 'Azzurri' kala itu, Ferrucio Valcareggi, menilai bahwa dua maestro sepakbola ini tidak bisa dimainkan secara bersamaan karena alasan gaya permainan yang mirip dan rivalitas yang tak akan pernah padam di antara keduanya. Atas dasar ini, Valcareggi menciptakan sebuah strategi yang dikenal dengan sebutan 'Staffetta'. Taktik 'staffetta' ini adalah strategi yang menjadwalkan dua pemain ini tampil bergantian: Mazzola tampil di babak pertama sedangkan Rivera tampil di babak kedua. Strategi jenius ini menjadikan timnas Italia sebagai tim yang benar-benar mempunyai kestabilan dan konsistensi permainan bagus di era '60-an.



Napoli menjadi salah satu di antara deretan klub Italia yang pernah merasakan sentuhan magis pemilik jersey no.10 kala dikenakan oleh 'seorang tuhan' yakni Diego Armando Maradona. Pemain yang dikenal dengan gol tangan tuhannya ini mampu mempersembahkan gelar Scudetto Serie A yang pertama untuk Napoli pada musim 1986/87. Gelar ini bukan saja menjadi yang teratas dalam klasemen akhir Serie A pada masa itu, namun juga mempunyai arti keberhasilan membungkam kekuatan, kejayaan, dan keangkuhan industrialisasi kota Milan dan Turin di Italia bagian utara. Maradona menyulap Napoli menjadi klub pertama di wilayah selatan Italia yang mampu mengangkangi klub-klub bermandikan kekuasaan dan kekayaan di wilayah utara Italia. Tidak berhenti di situ, Maradona dan Napoli mampu mengulangi prestasi gemilangnya tersebut pada musim 1988/89 dan mengawinkannya dengan gelar UEFA Cup: sebuah cara brilian untuk membungkam kesombongan klub-klub Italia Utara meski tak mampu bertahan dalam kurun waktu yang lama. Dunia pun akhirnya paham mengapa Maradona dituhankan oleh seluruh publik di Italia Selatan dan Argentina.

Nomor 10 yang selalu menjadi kekasih 'Si Nyonya Tua'



Kembali ke bagian utara Italia. Cerita kesakralan jersey no.10 kali ini datang dari klub Juventus. Saya ingin mengawalinya dari seorang maestro asal Prancis yang kini menjabat sebagai Presiden UEFA, Michel Platini.

Platini datang ke Turin pada tahun 1982 dan langsung menjadi andalan 'Bianconeri' saat itu. Kejeniusannya dalam mengatur ritme permainan membawa Juve pada kesuksesan. 'Hanya' lima tahun di Turin, Platini mampu mempersembahkan dua Scudetto Serie A, satu Coppa Italia, dan satu trofi Liga Champions Eropa. Ia tampil sebanyak 147 pertandingan dan mampu mencetak 68 gol. Platini juga menyabet tiga gelar Ballon d'Or secara beruntun semasa mengenakan jersey no.10 'La Vecchia Signora'. Bagaimanapun jelek dan gendutnya Platini sekarang, saya akan berusaha meyakinkan anak dan cucu saya kelak bahwa Platini adalah salah satu kekasih 'Si Nyonya Tua' dan pesepakbola terbaik yang pernah ada di dunia.

Sepeninggal Platini, Juve menemukan sosok Roberto Baggio yang ditransfer sebesar €10 juta --rekor tertinggi transfer pemain saat itu-- dari Fiorentina pada musim 1990/91. Seperti halnya Platini, Baggio menjalin hubungan mesra dengan 'Si Nyonya Tua' selama lima tahun dengan sejumlah prestasi yang menakjubkan [masing-masing satu trofi Serie A, Coppa Italia, dan UEFA Cup; 141 laga/78 gol]. Kegemilangan juga ia tunjukkan di timnas Italia. Mengenakan jersey no.10, Baggio memimpin Italia di Piala Dunia 1994. Baggio menyumbangkan 5 gol dalam turnamen akbar tersebut dan mengantarkan Italia menapaki partai final kontra Brasil. Sayang, di partai final Baggio gagal menyarangkan bola ke gawang Claudio Taffarel dalam drama adu penalti yang membuat publik Italia berduka dan mengecamnya sebagai biang keladi kegagalan.



Pesepakbola yang menjadi penerus Baggio mengenakan jersey no.10 Juventus dan benar-benar mampu menghidupkan romantisme nilai-nilai historis dari nomor punggung keramat yang selalu diidentikkan dengan kualitas individu brilian adalah Alessandro Del Piero. Pemain kelahiran Conegliano - Italia ini adalah salah satu dari sedikit pesepakbola yang tidak bisa dibenci oleh fans manapun. Kharisma, kualitas, loyalitas, plus totalitas menjadikan Del Piero sebagai paket lengkap pesepakbola kelas dunia yang tak akan pernah mati dimakan pergeseran sang waktu. Kemuliaan pribadinya yang sangat berkelas tetap mampu ia tunjukkan kala harus angkat kaki dari Turin dan hingar bingar sepakbola Italia tahun lalu. Kebesaran jiwa 'Il Pinturicchio' dibuktikan saat ia bersikeras menolak ide manajemen Juventus yang ingin memensiunkan jersey no.10 sebagai kehormatan tertinggi untuknya. Del Piero bersikeras agar nomor punggung 10 tetap digunakan penerusnya, semacam keinginan untuk melihat pemain-pemain lain menjalani mimpi sebagai pesepakbola kelas dunia sepertinya di kemudian hari. Del Piero adalah cinta sejati 'Si Nyonya Tua', Del Piero adalah Juventus, Juventus adalah Del Piero.

Kini, jersey keramat yang musim lalu masih kosong itu telah memiliki tuan baru. Namanya adalah Carlos Tevez, rekrutan anyar Beppe Marotta dari Manchester City. Datang dengan transfer yang relatif murah --10 juta pounds, Tevez langsung dihadiahi jersey no.10 yang amat sangat keramat dan sakral. Saya adalah salah satu dari sekian yang meletakkan keraguan dan ketidak-setujuan atas keputusan ini. Bukan karena saya meragukan kredibilitas dan naluri gol Tevez, namun karena ada beberapa hal yang membuat saya merasa kalau ada yang lebih pantas menerima warisan tersebut. Meski begitu, saya tetap menyambut kedatangan Tevez menuju klub yang saya cintai dan akan terus saya banggakan ini dengan tangan terbuka serta segunung ekspektasi, tentunya.

Friday, June 28, 2013

Membandingkan Lima Liga Top Eropa, Mana Yang Terbaik?

Tampilnya Bayern Munich dan Borussia Dortmund di final Liga Champions Eropa musim ini menegaskan kemajuan positif bagi Bundesliga Jerman.

Kegagalan tim-tim Premier League Inggris melaju hingga babak perempat-final meninggalkan rasa malu yang begitu mendalam. "EPL is the best league in the world?" Oh please, talk to my hand pal!

Bayern dan Dortmund mampu menampilkan permainan terbuka dan menghibur yang berujung pada terciptanya banyak gol. Melihat apa yang mampu ditampilkan oleh dua klub tersebut, Bundesliga layak untuk menyombongkan diri sebagai liga terbaik di Eropa saat ini.

Dua raksasa Jerman tersebut mampu menunjukkan dominasi yang patut mendapat acungan lima jempol saat mereka meladeni dua wakil Spanyol --Barcelona dan Real Madrid-- dalam laga semifinal Liga Champions beberapa waktu yang lalu; Bayern dan Dortmund memang pantas berlaga di final musim ini.

Namun apakah ini memang menunjukkan bahwa Bundesliga adalah kompetisi terbaik di Eropa saat ini? Apakah kalian menyaksikan sepakbola berkualitas ketika menonton siaran-siaran pertandingan Bundesliga di televisi? Apakah Bundesliga memberikan suguhan yang paling menarik di musim ini?



Ada perbedaan yang cukup mencolok mengenai harga tiket Bundesliga dan EPL yang membuat beberapa orang lebih memilih untuk menyaksikan pertandingan Bundesliga. Dari sisi rataan gol per laga, Bundesliga memiliki nilai rataan tertinggi dari 5 liga top di Eropa yakni 2,93 gol per laga. Bayern Munich jelas memainkan peran penting dalam hal ini. Klub asuhan Jupp Heynckess mampu mencetak 98 gol di musim ini; mereka juga mencatat kemenangan besar 9-2 saat melawan Hamburg di bulan Maret lalu --skor tertinggi dari 1826 pertandingan di 5 liga top Eropa musim ini.

Sementara itu, La Liga Spanyol berada di urutan kedua dalam hal rataan gol yakni 2,87 gol per laga, diikuti Premier League [2,80 gol per laga], Serie A Italia [2,63 gol per laga], dan Ligue 1 Prancis di urutan terakhir dengan 2,54 gol per laga. Dengan rataan tendangan paling sedikit per laga [23,9], Ligue 1 menjadi liga yang paling tidak menarik daripada liga lainnya.

Dalam hal gol dari luar kotak penalti, Premier League berada di urutan teratas dengan rataan terjadi gol di tiap 2,3 pertandingan. Pemain Tottenham Hotspur, Gareth Bale, menjadi pemain yang paling sering mencetak gol melalui tendangan di luar kotak penalti [9 gol] dari semua pemain yang berlaga di 5 liga top Eropa.

Permainan tiki-taka Barcelona masih menjadi daya tarik tersendiri bagi La Liga. Namun hal ini tidak menjadikan La Liga sebagai liga yang paling menarik untuk dinikmati karena faktanya tidak ada tim selain Barcelona yang mampu memperagakan umpan-umpan pendek cepat dengan cantik. Dalam lima liga top di Eropa, hanya Bundesliga [14,2%] yang mempunyai proporsi terbanyak perihal umpan lambung daripada La Liga [13,3%]. Akibatnya adalah, La Liga berada diurutan terbawah dalam hal passing sukses yakni 77,7%. Sementara itu Premier League musim ini menjadi liga dengan proporsi permainan sayap terendah di antara lima liga lainnya --bertentangan dengan tradisi dan mitos yang selama ini menjadi kepercayaan populer di Inggris.

Dalam hal drama serta semangat tim, La Liga dan Premier League adalah juaranya. Di La Liga musim ini, gol tercipta di atas menit ke-85 di setiap 2,77 pertandingan --hampir 4 gol telat tercipta di tiap pekannya, yang mana selalu menghasilkan poin penting. La Liga juga menjadi liga dengan tingkat kedisiplinan terburuk dengan rataan 5,4 kartu kuning dan 0,35 kartu merah per laga. Sedangkan Premier League tercatat sebagai liga dengan 'own goal' terbanyak: satu gol di setiap 8 pertandingan.

Kesimpulannya, jika kalian ingin menyaksikan sebuah tontonan sepakbola menarik yang berujung banyak gol maka Bundesliga Jerman adalah pilihan yang tepat. Tetapi jika kalian menginginkan drama dan permainan keras, arahkan perhatian kalian kepada La Liga Spanyol. Sedangkan Premier League Inggris menyajikan tontonan gol-gol dari luar kotak penalti kelas dunia, sementara Serie A Italia akan membuat kalian takjub dengan permainan bola-bola pendek dengan teknik passing tingkat tinggi.

Dan Ligue 1 Prancis? Pilihan terakhir di saat kalian tidak bisa tidur dan sedang menantikan adzan shubuh berkumandang, atau alternatif saat Pokemon peliharaan kalian bad mood untuk diajak bercanda. 

Gambar statistik dilansir dari WhoScored

Wednesday, June 26, 2013

Talenta-Talenta 'Terbuang' Milik Spanyol


Sekali lagi, ikhlas ataupun tidak, Spanyol telah menjadi kekuatan yang menakutkan dan mendominasi sepakbola dunia.

Dalam 5 tahun terakhir, Spanyol mampu meraih dua gelar Piala Eropa, satu trofi Piala Dunia, dan bertengger di peringkat pertama ranking FIFA. Yang terakhir, negeri matador ini baru saja memenangi Piala Eropa U-21 serta berpeluang besar menjuarai Piala Konfederasi 2013.

Wajar saja jika sepakbola Spanyol mampu mendominasi dunia. Mereka memiliki liga terbaik dan skuad timnas (senior maupun junior) yang berisikan pemain-pemain terbaik di Eropa dan dunia.

Namun tidak semua pemain bertalenta menawan mampu menembus skuad utama timnas Spanyol. Mungkin kita bisa menyebutnya dengan seleksi alam atau ketidak-beruntungan, karena saya yakin beberapa talenta yang tidak terpakai oleh timnas Spanyol ini juga mampu memberikan yang terbaik andai diberikan kesempatan lebih.

Berikut ini adalah Starting XI talenta yang harus puas berada di pinggiran dan hanya bisa menyaksikan timnas Spanyol melalui layar televisi ditemani kopi dan kacang goreng. Siapa saja?

- Kiper

Diego Lopez [Real Madrid]



Nama kiper 32 tahun ini kembali berkibar ketika ia ditransfer ke Real Madrid pada bursa transfer musim dingin awal tahun ini. Diego Lopez awalnya datang ke Santiago Bernabeu hanya untuk menggantikan peran Casillas yang pada waktu itu mengalami cedera. Jose Mourinho ternyata lebih memilih dan terus memainkan Diego Lopez hingga akhir musim dan membangku-cadangkan Casillas.

Sewaktu masih berjersey Villarreal, Diego Lopez sempat menjalani debutnya pada tahun 2009 saat Spanyol menghadapi Macedonia. Itu adalah satu-satunya penampilan Diego Lopez bersama 'La Furia Roja'.

- Defender

Asier del Horno [free-agent]



Bek kiri ini pernah menyandang status pemain muda dengan masa depan cerah dan menjadi kepercayaan Jose Mourinho di Chelsea beberapa waktu yang lalu. Asier del Horno juga memperoleh panggilan untuk memperkuat timnas Spanyol di Piala Dunia 2006. Namun cedera misterius seakan menghabisi karir del Horno. Saat ini ia berstatus free-agent karena kontraknya tidak diperpanjang oleh Levante.

Pablo Orbaiz [Rubin Kazan]



Orbaiz adalah kapten timnas Spanyol U-20 kala menjuarai FIFA Youth Championship pada tahun 1999 silam. Sayangnya, perjalanan karir Orbaiz tidak secemerlang yang diharapkan. Pemain yang saat ini merumput di Liga Rusia ini hanya mampu tergabung di klub-klub medioker dan cuma mampu mengoleksi 4 caps bersama timnas senior Spanyol.

Pablo Ibanez [Birmingham City]



Pablo Ibanez adalah salah satu dari bek-bek hebat Spanyol yang terdampar di klub kecil Inggris. Sempat menjadi pujaan publik Atletico Madrid dan tandem Carles Puyol di Piala Dunia 2006, kini Ibanez hanya mampu bermain untuk tim sekelas Birmingham City di Football League Championship atau Divisi Dua Liga Inggris.

Juanfran Torres [Atletico Madrid]



Untuk saat ini, Juanfran Torres adlaah salah satu bek kanan terbaik yang dimiliki oleh Spanyol. Penampilan konsistennya di sepanjang musim 2012/13 lalu mampu membantu Atletico Madrid mengganggu dominasi Barcelona dan Real Madrid. Tidak hanya itu, Juanfran juga mampu mempersembahkan trofi Copa del Rey bagi Atletico musim lalu.

Namun ternyata Vicente Del Bosque tidak menyertakan nama Juanfran dalam skuad Piala Konfederasi 2013 dan lebih memilih untuk mempercayakan posisi bek kanan tim matador pada Alvaro Arbeloa dan Cesar Azpilicueta.

- Midfielder

Diego Capel [Sporting Lisbon]



Winger multifungsi ini pernah menjadi properti terpanas di lantai bursa transfer pemain Liga Spanyol 3 tahun lalu. Bersama Sevilla, Capel memenangi gelar Piala UEFA dan Copa del Rey yang membuat klub sekelas Barcelona dan Real Madrid sangat menginginkan jasanya.

Entah karena terbentur sesuatu yang sangat keras, Capel malah memilih untuk bergabung dengan Sporting Lisbon di Liga Portugal pada bursa transfer musim panas tahun 2011 lalu. Akibatnya, potensi Capel selalu luput dari perhatian pelatih timnas Spanyol. Capel hanya mengoleksi 2 caps sejauh ini.

Borja Valero [Fiorentina]



Setelah menghabiskan karirnya di Real Mallorca dan Villarreal, Borja Valero hijrah ke Serie A Italia untuk bergabung dengan Fiorentina. Di bawah arahan Vincenzo Montella, Valero menjelma menjadi kunci penting 'La Viola' finis di peringkat empat klasemen akhir musim 2012/13.

Jika melihat pada grafik permainannya yang terus meningkat, bukan tidak mungkin jika Valero akan dipanggil untuk memperkuat timnas Spanyol dan berkesempatan menambah caps-nya yang mandeg di angka 1 sejauh ini.

Javi Garcia [Manchester City]



Keputusan menerima pinangan Manchester City merupakan keputusan tepat yang diambil oleh Javi Garcia. Buktinya, Del Bosque langsung menyertakannya dalam pertangingan persahabatan melawan timnas Bosnia beberapa waktu yang lalu. Namun Javi Garcia masih harus meningkatkan performanya di City agar mampu menjadi langganan tetap Del Bosque di lini tengah 'La Furia Roja'.

Mikel Arteta [Arsenal]



Bisa dikatakan jika Mikel Arteta adalah seorang pemain bertalenta yang lahir di tempat dan waktu yang salah. Arteta adalah jendral lapangan tengah Everton sebelum akhirnya memutuskan hijrah ke Arsenal, namun entah kenapa, penampilan impresifnya di Liga Inggris tidak pernah menarik minat pelatih-pelatih timnas senior Spanyol.

- Striker

Bojan Krkić [AC Milan]



Bojan menjalani debut profesionalnya pada usia 16 tahun dari akademi La Masia milik Barcelona. Sejak saat itu, ia diklaim akan menjadi legenda Barcelona di masa depan. Dua tahun berikutnya, Bojan sukses mendapatkan debut di timnas Spanyol. Bojan adalah pemain dengan masa depan yang cerah. Tapi itu dulu. Sekarang? Bojan telah terbuang dari pasukan alien Barca dan caps internasionalnya juga berhenti di angka 1.

Jose Antonio Reyes [Sevilla]



Reyes bukanlah pemain sembarangan. Dibesarkan oleh Sevilla, Reyes kemudian melanjutkan perjalanan karirnya di tim-tim besar Eropa: Arsenal, Real Madrid, Atletico Madrid, dan Benfica. Sempat menjadi bagian skuad Spanyol di Piala Dunia 2006, Reyes semakin terpinggirkan dan kalah bersaing dengan striker-striker Spanyol lainnya.

Tuesday, June 25, 2013

Menyerahkan Ekspektasi Pada 'Tangan-Tangan' Anyar

Tiga klub dari lima besar Premier League Inggris musim 2012/13 lalu akan mendapat sentuhan dari tangan baru di pinggir lapangan di musim mendatang.

Para nahkoda baru ini datang ke Inggris dengan sambutan harapan tingkat tinggi dari fans-fans: trofi juara.

Mereka adalah David Moyes yang menggantikan Opa Alex Ferguson di Manchester United, Jose Mourinho yang ingin kembali menuliskan kisah cintanya dengan Chelsea, dan yang terbaru adalah Manuel Pellegrini yang akan meneriaki para pemain Manchester City setelah suara Roberto Mancini mendadak habis.

Kebanggaan sekaligus kutukan Manchester United untuk David Moyes



Manajer asal Skotlandia ini bukanlah orang baru di Premier League. Selama 11 tahun, Moyes telah melakukan pekerjaan yang luar biasa untuk Everton: sebuah klub dengan finansial biasa-biasa saja yang mampu dibawanya menjadi salah satu batu kerikil bagi tim-tim papan atas Premier League.

Mulai musim 2013/14 mendatang, Moyes resmi menjadi pelatih baru jawara Premier League musim lalu, Manchester United. Menjadi suksesor manajer sekelas Sir Alex Ferguson dalam tim sekelas 'Red Devils' adalah suatu kebanggaan sekaligus kutukan bagi Moyes. Bukan perkara mudah untuk menyamai rekor Opa Fergie di MU. Akan tetapi, Moyes pun tidak harus menjadi Ferguson yang selalu mengunyah permen karet di pinggir lapangan, atau ikut-ikutan mengenakan kacamata.

Moyes 'hanya' perlu membuktikan bahwa ia mampu memenuhi ekspektasi fans Manchester United yang selalu ingin mendekap, paling tidak, satu trofi di akhir musim. Dan laga Community Shield versus Wigan Athletic di awal musim 2013/14 bisa jadi langkah awal Moyes untuk membujuk fans United melupakan Sir Alex yang kini tengah menikmati masa pensiunnya.

Jose Mourinho CLBK dengan Chelsea



Pelatih asal Portugal ini kembali ke Stamford Bridge dengan gaya dan watak khas-nya. Dalam sebuah wawancara beberapa waktu yang lalu, Mourinho mengatakan sangat bahagia bisa kembali dan berada dalam klub yang benar-benar mencintainya. Mourinho menambahkan bahwa ia kini bukanlah 'The Special One' melainkan 'The Happy One'.

Mourinho diyakini mampu mengulang romantisme kesuksesannya di Chelsea beberapa tahun silam dan kembali menghadirkan kebanggaan di Stamford Bridge. Banyak faktor yang akan mendukung pernyataan tersebut. Namun ada beberapa pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh Mourinho. Anyway, welcome home Mou!

Manuel Pellegrini yang harus bisa membangunkan Manchester City dari hibernasinya



Keberhasilan Pellegrini menjadikan Malaga sebagai kekuatan yang mulai diperhitungkan di Spanyol dan Eropa membuat jutawan Sheikh Mansour melabuhkannya ke Etihad Stadium di musim depan.

Pelatih asal Chili ini diharapkan mampu memperbaiki performa skuad City yang terlalu banyak tidur dalam pertandingan-pertandingan penting di musim lalu. Dengan sokongan dana yang melimpah, Pellegrini wajib mengisi lemari museum City dengan trofi di akhir musim.



Fenomena ini tidak hanya terjadi di Premier League. Beberapa klub Serie A Italia juga mengambil langkah serupa demi harapan mereka mengangkat trofi di akhir musim dan mengakhiri dominasi Juventus. Setidaknya ada tiga klub papan atas Serie A yang akan ditangani oleh manajer baru di musim depan.

Presiden Napoli, Aurelio De Laurentiis, menunjuk Rafael Benitez yang sukses mengantarkan Chelsea merengkuh gelar Liga Europa musim lalu untuk menjadi suksesor pelatih sebelumnya. Benitez diharapkan mampu melanjutkan tren positif Napoli di Serie A serta tidak menjadi tim penggembira di ajang Liga Champions Eropa musim depan.

Dari ibu kota Italia, Rudi Garcia resmi melatih AS Roma. Pelatih asal Prancis ini mengemban tugas untuk mematangkan skuad muda 'Gialorossi' dan kembali membawa AS Roma menjadi pasukan 'serigala ibu kota' yang disegani di Italia. Sedangkan Inter Milan yang musim lalu menjadi tim pesakitan di bawah asuhan Andrea Stramaccioni dan finis di urutan ke-9 resmi dilatih oleh Walter Mazzarri.



Last but not least adalah kembalinya Pep Guardiola ke dunia sepakbola untuk menjadi suksesor Jupp Heynckes yang mampu mempersembahkan musim yang luar biasa untuk Bayern Munich. Semua mata pasti akan tertuju pada pelatih berkepala plontos yang identik dengan 'tiki-raka' ini. Pertanyaannya adalah seberapa efektifkah 'tiki-taka' jika diterapkan di Bayern Munich dan Bundesliga Jerman musim depan.

Menarik dinantikan apa yang bisa dilakukan oleh 'tangan-tangan' anyar di atas di musim depan. We'll see.

Skandal 'SMS Porno' Pemain ManCity Bikin Kekasihnya Minggat

Helen Flanagan, kekasih pemain ManCity, Scott Sinclair 
Skandal perselingkuhan pemain Manchester City, Scott Sinclair, dengan seorang presenter TV telah membuat kesabaran kekasihnya, Helen Flanagan habis. Bintang serial I'm A Celebrity itu pun memutuskan minggat dari rumah yang ditempatinya bersama pemain berusia 24 tahun tersebut.

Sebelumnya The Sun telah mengungkap skandal perselingkuhan Sinclair dengan seorang presenter televisi bernama Donatella Panayiotou. Media asal Inggris itu bahkan menayangkan beberap pesan singkat (SMS) berbau porno yang telah dikirimkan Sinclair kepada wanita berusia 29 tahun tersebut.

Salah seorang sumber The Sun menyebutkan bahwa, Sinclair membantah semua tudingan tersebut. Namun Flanagan sepertinya tidak percaya. Dia bahkan marah besar setiap Sinclair mengungkapkan pembelaannya. 

"Melihat pesan-pesan itu di The Sun pada Minggu lalu adalah seperti sedang mengayunkan palu. Dia berteriak dan menjerit setiap kali dia (Sinclair) menyatakan dirinya tidak bersalah," ujar sumber The Sun. 

"Ini memang terdengar naif, namun Helen (Flanagan) selalu mengatakan kepada temannya 'Satu-satunya yang tidak akan pernah dilakukan Scott (Sinclair) adalah menduakan saya'," sambung sumber tersebut. 

Tidak terima dengan perlakuan Sinclair, Flanagan pun memutuskan minggat dari rumah kemarin siang waktu setempat. Langkah yang sama juga diikuti oleh orang tuanya. Mereka juga terlihat meninggalkan rumah yang telah disewa seharga 6500 poundsterling per bulan itu. 

Flanagan tidak membawa banyak barang. Wanita berusia 22 tahun itu hanya menenteng tas berwarna hitam dan beberapa buah syal. Sedangkan ibunya tampak menggondol tas kertas berwarna putih. Sementara ayahnya hanya melenggang sembari menenteng kunci mobil di tangannya.

"Untuk sementara dia (Flanagan) akan tinggal bersama temannya di Manchester dan berusaha menenangkan diri," ujar sumber The Sun. 


Striker Timnas Wanita AS Ini Mampu Cetak 160 Gol

Abby Wambach
Abby Wambach kembali menorehkan tinta emas dalam kariernya. Setelah menyabet penghargaan pemain wanita terbaik dunia pada Januari lalu, kini dia mencatatkan diri sebagai top scorer internasional.

Wambach yang juga penyerang andalan timnas Amerika Serikat mematahkan rekor milik seniornya, Mia Hamm. Itu usai ia membukukan empat gol di pertandingan persahabatan melawan Korea Selatan pada Jumat, 21 Juni 2013.

Sebelum pertandingan, catatan Wambach terpaut dua gol dari rekor 158 gol milik Hamm. Dan dia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk melewati torehan fantastis itu pada caps yang ke-207.

Wambach (33 tahun) bahkan langsung membukukan hattrick saat laga baru berjalan 29 menit. Dia lalu menggenapi quattrick pada menit 61 sekaligus membawa AS meraih kemenangan 5-0 atas Korsel.

Catatan khusus bagi Wambach, dia mampu melewati rekor Hamm dengan memainkan laga lebih sedikit. Hamm butuh 275 caps untuk mencetak 158 gol, sedangkan Wambach hanya butuh 207 caps untuk membukukan 160 gol.

"Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada rekan setim karena mereka yang membantu saya meraih rekor ini," kata Wambach usai pertandingan, dikutip LA Times.

Video: Kiper Muda Barca Ini Gagalkan Enam Penalty Dan Cetak Gol Kemenangan

Barcelona FC sepertinya memiliki kiper muda berbakat dalam diri Inaki Pena. Kiper berusia 14 tahun itu baru saja menyuguhkan penampilan heroik ketika menghadapi tim muda Atletico Madrid dalam ajang Torneo Internacional infantil Reino de León.

Pertandingan berakhir dengan skor imbang dan harus dilanjutkan dengan adu penalti. Dalam babak yang membutuhkan mental baja dan keberuntungan ini, Pena menjadi pahlawan bagi timnya.

Bukan saja berhasil menggagalkan enam penalti lawan, Pena juga berhasil mencetak gol penentu kemenangan bagi timnya. Belum jelas bagaimana skill Pena dalam pertandingan normal, tetapi jelas bahwa bocah ini memiliki kekuatan mental yang luar biasa.

Berikut adalah video aksi heroik Pena dalam pertandingan melawan Atletico.

 

Insiden Typo Nama Shinji Kagawa Di Channel ESPN

Bola.net - Menjelang pertandingan Piala Konfederasi antara Italia versus Jepang, stasiun televisi ESPN menampilkan review tentang tiga pemain yang berpengaruh di kubu Jepang. Mereka adalah Shinji KagawaYuto Nagatomo, dan Keisuke Honda.

Sekilas tidak ada yang janggal, namun jika diperhatikan dengan seksama terdapat satu kesalahan penulisan nama. Alih-alih Kagawa, nama pemain yang saat ini memperkuat Manchester United tersebut ditulis sebagai Kawawa. .

credit: @CassioS35

Tak lama kemudian, insiden typo nama tersebut ramai menjadi lelucon di dunia maya. ESPN adalah korporasi media yang berbasis di Amerika Serikat, memang sudah beberapa kali ketahuan melakukan kesalahan mendasar dalam memberitakan tentang sepakbola yang notabene bukan merupakan olahraga populer di Negeri Paman Sam.

Kagawa sendiri akhirnya tampil menggila dan menjadi Man of The Match dalam pertandingan dramatis yang dimenangkan Italia dengan skor 4-3 tersebut. 

Thursday, June 20, 2013

Goal Scorers XI Edisi Serie A


Pada postingan sebelumnya, saya sempat membuat tim imajinasi yang berisikan pemain-pemain terproduktif dari kompetisi Premier League Inggris pada musim 2012/13.

Kali ini, saya akan membuat tim serupa tetapi semua pemainnya berasal dari kompetisi sepakbola tertinggi di Italia, Serie A.

Dalam tim imajinasi ini saya akan menggunakan skema yang selalu diterapkan oleh Antonio Conte untuk Juventus dalam dua musim terakhir yakni 3-5-2.

Berikut adalah daftar starting eleven 'Serie A Italia Goal Scorer 2012/13'.

- Kiper

Antonio Mirante [Italia/Parma]



Mencetak assist mungkin lebih sulit bagi seorang kiper daripada mencetak gol. Dan Antonio Mirante mampu melakukan hal tersebut di kompetisi Serie A musim 2012/13 lalu, tidak hanya satu tapi dua!

Gol: 0; assist: 2; chances created: 2

- Defender

Gonzalo Rodriguez [Argentina/Fiorentina]



Didatangkan dari Villarreal di awal musim 2012/13, Gonzalo Rodriguez mampu beradaptasi dengan cepat dan menjalani musim debutnya di Serie A dengan gemilang bersama Fiorentina.

Selain bertugas untuk mengamankan daerah pertahanan Fiorentina, Rodriguez ternyata juga sering mencetak gol. Total 6 gol mampu ia lesatkan untuk 'La Viola' di musim 2012/13 lalu.

Gol: 6; assist: 2; chances created: 11

Facundo Roncaglia [Argentina/Fiorentina]



Seperti halnya Rodriguez, Facundo Roncaglia yang ditransfer pada musim panas tahun lalu ini mampu menjelma menjadi tembok kokoh bagi Fiorentina. Ia juga sering memecah kebuntuan tim, terbukti 2 dari 3 gol ia cetak melalui tendangan jarak jauh dan mengamankan poin untuk Fiorentina.

Gol: 3; assist: 0; chances created: 7

Gabriele Angella [Italia/Udinese]



Hanya bermain di 15 laga bersama Udinese, Gabriele Angella mampu mencetak 4 gol. Sebuah catatan yang memuaskan untuk ukuran bek tengah.

Gol: 4; assist: 0; chances created: 4

- Midfielder

Erik Lamela [Argentina/AS Roma]



Pemain muda Argentina, Erik Lamela, menunjukkan progres yang cukup menjanjikan di sepanjang musim 2012/13 bersama AS Roma. Peran penting Lamela di sisi kanan penyerangan Roma sangatlah besar. Lamela mampu mencetak 15 gol dan 5 assist.

Gol: 15; assist: 5; chances created: 56

Hernanes [Brasil/Lazio]



Playmaker Brasil ini membuktikan bahwa dirinya adalah salah satu pengatur serangan terbaik di Italia dan dunia. 11 gol dan 4 assist merupakan bukti bahwa Hernanes mempunyai kontribusi penting untuk Lazio.

Gol: 11; assist: 4; chances created: 57

Marek Hamsik [Slovakia/Napoli]



Hamsik menjadi roh permainan Napoli yang mampu menjadi penantang serius peraih Scudetto Serie A musim 2012/13, Juventus. Peran pemain asal Slovakia ini tidak tergantikan di lini tengah 'Partonepei'. Ia mampu mencetak 11 gol dan 14 assist di sepanjang musim 2012/13.

Gol: 11; assist: 14; chances created: 100

Arturo Vidal [Chili/Juventus]



Vidal menjelma menjadi sosok penting di lini tengah Juventus. Bersama dengan Marchisio, Pirlo, dan Pogba, Vidal menjadikan Juventus sebagai tim dengan kekuatan lini tengah terbaik di Eropa. Vidal juga merupakan pemain tersubur Juve di kompetisi Serie A 2012/13 dengan raihan 10 gol.

Gol: 10; assist: 8; chances created: 63

Josip Ilicic [Slovenia/Palermo]



Pemain asal Slovenia ini bermain gemilang di sepanjang musim 2012/13 bersama Palermo. Josip Ilicic mampu mencetak 10 gol dan 2 assist. Talentanya pun diminati beberapa klub papan atas Italia dan Eropa.

Gol: 10; assist: 2; chances created: 59

- Striker

Antonio Di Natale [Italia/Udinese]



Konsistensi Antonio Di Natale patut diapresiasi dengan setinggi-tingginya. Pemain gaek ini mampu mencetak lebih dari 20 gol selama empat musim terakhir bersama Udinese. Di musim 2012/13, Di Natale mampu mencetak 23 gol atau 40% dari total keseluruhan jumlah gol Udinese.

Gol: 23; assist: 4; chances created: 42

Edinson Cavani [Uruguay/Napoli]



Melihat starting eleven sebuah tim terbaik tanpa memasukkan nama Edinson Cavani layaknya menonton film porno tanpa Sasha Grey. Iya Cavani, predator Uruguay sekaligus top skor Serie A musim 2012/13 ini menjadi senjata utama Napoli dalam memberikan teror kepada kiper lawan. 29 gol berhasil di cetak Cavani yang membantu Napoli finis di peringkat kedua Serie A.

Gol: 29; assist: 4; chances created: 31

Wednesday, June 19, 2013

Goal Scorers XI Edisi Premier League


Lebih dari seribu gol tercipta di sepanjang musim 2012/13 Premier League Inggris.

Sebagian besar gol-gol tersebut adalah kontribusi para striker yang tugasnya memang menghadirkan derita bagi kiper lawan. Akan tetapi, tidak sedikit pula pemain yang berposisi sebagai gelandang dan bek mampu mencetak gol.

Iseng membaca postingan tentang daftar pencetak gol di Liga Inggris musim ini, saya berimajinasi untuk menyatukan mereka dalam sebuah tim dengan label 'Starting Eleven Terproduktif Liga Inggris 2012/13'.

Formasi yang saya gunakan adalah 4-4-2, dan berikut adalah daftar starting elevennya.

- Kiper

Tim Krul [Belanda/Newcastle United]



Musim lalu, para penikmat Premier League disuguhkan aksi menawan Tim Howard [Everton] yang berhasil mencetak gol ke gawang Bolton Wanderers.

Musim ini, tidak kiper yang mampu mengulangi prestasi Howard tersebut. Tapi ada satu kiper yang paling tidak bisa dikatakan hampir menyamai apa yang dilakukan oleh Howard yakni penjaga gawang asal Belanda yang saat ini membela Newcastle United, Tim Krul.

Krul mampu membuat satu assist kepada Papiss Demba Cisse saat Newcastle melawan Everton di musim ini.

Gol: 0; assist: 1; chances created: 2

- Defender

Bek kanan: Emmerson Boyce [Inggris/Wigan Athletic]



Berposisi sebagai wing-back kanan, Emmerson Boyce mampu mencetak 4 gol untuk Wigan Athletic di musim ini.

Gol: 4; assist: 0; chances created: 17

Bek tengah: Jan Vertonghen [Belgia/Tottenham Hotspur] - Branislav Ivanovic [Serbia/Chelsea]



Awal musim lalu, Tottenham Hotspur mendatangkan Jan Vertonghen dari tim jawara Eredivisie Belanda, Ajax Amsterdam. Menjalani musim debut di liga seketat Premier League tidak membuat Vertonghen meredup. Ia menjadi palang pintu andalan Andre Villas-Boas di musim ini. Tidak hanya itu, Vertonghen juga berkontribusi dengan 4 gol dan 3 assist di sepanjang musim ini bersama Spurs.

Gol: 4; assist: 3; chances created: 25



Partner Vertonghen di jantung pertahanan tim imajinasi ini adalah Branislav Ivanovic. Bek berusia 29 tahun asal Serbia ini mampu mencetak 5 gol dan 1 assist untuk 'The Blues'.

Gol: 5; assist: 1; chances created: 14

Bek kiri: Leighton Baines [Inggris/Everton]



Di bawah arahan David Moyes, Leighton Baines menjelma menjadi salah satu bek kiri terbaik di Ingrris dan dunia. Pemain berusia 28 tahun ini mampu menampilkan performa menawan di sepanjang musim ini bersama Everton.

Buktinya? Baines mampu mencetak 5 gol dan 5 assist serta mengancam Ashley Cole di starting eleven timnas Inggris.

Gol: 5; assist: 5; chances created: 116

- Midfielder

Winger kanan: Theo Walcott [Inggris/Arsenal]



Theo Walcott berhasil membayar lunas keperceyaan Arsene Wenger dengan penampilan ciamiknya di sepanjang musim ini. Tidak jarang winger asal Inggris ini menjadi penyelamat Arsenal dengan gol-golnya. Musim 2012/13 ini, total Walcot telah menyumbangkan 14 gol dan 10 assist bagi 'The Gunners'.

Gol: 14; assist: 10; chances created: 28

Gelandang tengah: Frank Lampard [Inggris/Chelsea] - Michu [Spanyol/Swansea City]



'Tua-tua keladi', mungkin pepatah ini pantas disematkan kepada gelandang elegan Chelsea, Frank Lampard. 'Super Frank' muncul sebagai sosok sentral di lini tengah Chelsea yang mampu merubah jalannya pertandingan kapanpun ia dimainkan di atas lapangan hijau. Tambahan 15 gol yang ia cetak di musim ini membuatnya menjadi pencetak gol terbanyak 'The Blues' sepanjang sejarah.

Gol: 15; assist: 1; chances created: 30



Michu mampu mencuri perhatian publik Inggris berkat penampilan impresifnya di paruh pertama Premier League musim ini. Dengan 18 gol yang ia cetak, Michu masuk dalam jajaran top skor EPL.

Gol: 18; assist: 2; chances created: 34

Winger kiri: Gareth Bale [Wales/Tottenham Hotspur]



Akan sangat berdosa jika tidak memasukkan nama Gareth Bale dalam tim imajinasi ini. Pemain yang mampu tampil fenomenal di sepanjang musim 2012/13 menjadi properti terhangat dalam dunia sepakbola modern saat ini.

Bale menjelma menjadi monster menakutkan bagi lini pertahanan lawan dengan catatan 21 gol dan menjadi pencetak gol terbanyak ketiga di Premier League Inggris musim ini.

Gol: 21; assist: 4; chances created: 75

- Striker

Robin van Persie [Belanda/Manchester United]



Untuk musim ini, Manchester United=Robin van Persie. Peran juru gedor Belanda ini sangatlah penting bagi keberhasilan United merengkuh gelar Premier League ke-20 mereka. 26 gol dan 9 assist sudah cukup untuk membuat fans Arsenal menyebutnya sebagai 'Iblis Pengkhianat'.

Gol: 26; assist: 9; chances created: 71

Luis Suarez [Uruguay/Liverpool]



Performa pemain yang dianggap 'nakal' oleh media-media Inggris ini sangatlah brilian. Luis Suarez mampu menjadi nyawa serangan Liverpool dengan 23 gol dan 5 assist.

Gol: 23; assist: 5; chances created: 89